Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Kita (pernah memulai, lalu selesai)

Tuan, ijinkanku merayakan patah hati dengan tulisan yang diketik oleh kedua ibu jari dilayar ponsel pribadi. Ini perihal kita, yang pernah memulai-lalu-selesai. Kita adalah ego paling keras yang saling berlawanan menyembunyikan kerinduan, lalu mengatasnamakan kebencian, padahal kita, aku dan kau hanya membutuhkan satu hal; mengikhlaskan. Kita adalah amarah yang belum sempat diluapkan. Menjadi satu, menjelma keasingan yang kita simpan dalam tiap-tiap makna kesendirian. Kita adalah sepi yang berusaha meramaikan isi hati. Menghibur diri dengan ketawa-ketiwi berharap semesta mengilhami, bahwa kita butuh obat pengusir sedih. Kita adalah takdir yang berkata lain. Berusaha menggapai opini-opini tentang hidup bersuami istri, tapi nyatanya berakhir dengan hubungan yang lamanya bisa dihitung jari. Kita adalah jarak yang memisahkan. Meminta kepada Tuhan agar kilometer dapat mendamaikan suasana ketika kekasih jauh dari pandangan mata, kemudian Tuhan memutuskan untuk menjauhkan kita selamanya

Apa yang kau rindukan dari malam minggu ?

"Aksaraya" panggilnya dengan tenang. "Iya ?" jawabku pelan. Kala itu, bibirku sangat dekat dengan telinganya. "Apa yang kau inginkan dari malam minggu ?" dia mulai membuka pertanyaan. Kau harus tahu, tuanku ini adalah lelaki yang menyimpan banyak pertanyaan tak terduga. Tapi tenang saja, jawabannya selalu mudah, hanya dibeberapa penghujung ketika kau mendengar pertanyaannya kau akan dibuat bingung atau bahkan senyum-senyum. "Inginku, kamu." Jawabku singkat. "Aku tidak memintamu merayuku, aku memintamu menjawab pertanyaanku." Balasnya seraya menggoda. "Kau boleh menganggapku merayu, tapi kau juga harus tahu, bahwa hal itu yang benar-benar ingin aku katakan." Ucapku membela diri, tapi aku benar-benar hanya ingin kamu. "Baiklah. Terimakasih rayuannya, nona si tukang ngambek sejagat raya haha." Dia meledekku dari spion kirinya, kemudian menatapku lama. "Sama-sama, tuan haha. Kalau kau, apa yang kau inginkan d

Tentang kepergian

Aku ingin bercerita. Tentang puan yang ditinggal pergi tanpa permisi. Tentang diri yang belum mampu melepas kepergiannya lebih jauh. Tentang rindu yang makin hari makin menggebu. Begini. Ini tentang kepergian tuan, laki-laki si pemilik rambut sebahu, laki-laki yang banyak membuat tertawa dengan lelucon yang kadang tidak begitu lucu, laki-laki si penyimpan banyak cara untuk menghiburku; puan yang hidupnya ngeluh melulu, dan laki-laki yang sempat ku pastikan ia adalah yang tepat, tapi ternyata tidak juga. Memang, hidup itu apa-apa yang belum tentu. ***** Ia memutuskan untuk pergi, sementara aku masih berharap ia kembali. Bodoh memang, tapi merelakan tak semudah itu, tuan. Kemudian, ia pergi karena alasan untuk bisa memahami mereka yang membenci tentang kita, sedangkan aku ingin ia hanya selalu ada untukku. Egois memang, namanya juga terlanjur sayang. Lalu, ia benar-benar berubah, sementara aku masih ingin ia yang dulu. Salah kalau aku rindu sikapmu kala pertama kali kita bertemu