Kita (pernah memulai, lalu selesai)

Tuan, ijinkanku merayakan patah hati dengan tulisan yang diketik oleh kedua ibu jari dilayar ponsel pribadi.

Ini perihal kita, yang pernah memulai-lalu-selesai.

Kita adalah ego paling keras yang saling berlawanan menyembunyikan kerinduan, lalu mengatasnamakan kebencian, padahal kita, aku dan kau hanya membutuhkan satu hal; mengikhlaskan.

Kita adalah amarah yang belum sempat diluapkan. Menjadi satu, menjelma keasingan yang kita simpan dalam tiap-tiap makna kesendirian.

Kita adalah sepi yang berusaha meramaikan isi hati. Menghibur diri dengan ketawa-ketiwi berharap semesta mengilhami, bahwa kita butuh obat pengusir sedih.

Kita adalah takdir yang berkata lain. Berusaha menggapai opini-opini tentang hidup bersuami istri, tapi nyatanya berakhir dengan hubungan yang lamanya bisa dihitung jari.

Kita adalah jarak yang memisahkan. Meminta kepada Tuhan agar kilometer dapat mendamaikan suasana ketika kekasih jauh dari pandangan mata, kemudian Tuhan memutuskan untuk menjauhkan kita selamanya.

Kita adalah angkuh yang tersimpul dalam masing-masing tubuh. Menunggu dihubungi terlebih dahulu, hanya karna kita ingin tahu siapa yang benar-benar salah dengan mengakui penyesalan dan beribu kecewa.

Kita adalah apa yang pernah disemogakan dalam setiap doa. Meminta kepada yang Maha agar selalu bisa diberikan kesempatan untuk bersama, namun sayang sekali rencana-Nya menyuruh kita berjalan sendiri-sendiri.

Kita adalah dua manusia yang sempat jatuh cinta. Dulu, sebelum kau memutuskan untuk pergi, lalu aku yang kini betah merawat kesepianku sendiri.

Kita adalah setia yang tertunda. Berjanji untuk sehidup semati, tapi mengingkari dengan maksud menyelamatkan hati.

Kita adalah perkenalan yang terlalu cepat, lalu berakhir dengan cara yang tidak tepat.

Kita adalah awal yang selesai ditengah jalan. Akhir yang dirancang akan bahagia, lalu tamat begitu saja dengan alasan sudah tidak cinta.

Naif.

Tak apa. Siapa yang ingin hatinya terluka lebih lama ? Tak ada. Tak akan pernah ada yang ingin hal demikian. Maka lepaskanlah, sebelum luka semakin menganga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Mei di Cikini

Mungkin, Selesai.