Kaliurang yang Hangat

malam itu, mataku lebih terang dari jam kantukku, ia tahu puannya menunggu laki-laki yang sudah 60 hari membuatnya hidup dari hidup biasanya. tidur panjangnya kembali terbangun, dari mimpi yang gelap sekali, laki-laki itu memberinya banyak senyum--disetiap pagi--disepanjang hari.

degupku tidak terhitung jumlahnya. ku coba merapikan, mengaturnya dengan helaan napas. pintaku semoga berguna, malah lebih bergetar dari seharusnya. kalau-kalau jantungku berisik, aku siap terkapar dengan keadaan berbunga-bunga. 

"aku sudah sampai depan penginapan" 

satu pesan masuk yang membuatku tidak karuan, rasanya seperti kupu-kupu diperutku telah lepas dari kepompongnya. menyenangkan.

"hallo, Mas Angga, ya?" 

pertanyaan yang aku tahu jawabannya. 

tanganku memberi salam, ia diam. ku lihat dari raut wajahnya, ia seperti sedang melepas ketegangan. terlihat lega dan menjaga kesan pertama.

kami duduk di beranda tempatku dan keluarga menginap. 

"ini mamaku" ucapku sembari mengenalkan. perbincangan pembuka dan pertama seputar Yogyakarta. pantai yang ramai, tinggal dimana, sampai pertanyaan yang jawabannya membingungkan.

"silakan dilanjut ngobrolnya, ibu masuk dulu" mamaku memberi ruang, untuk waktu yang sedikit disana. 

aku disampingnya, setelah sekian lama hanya melihat lewat layar dan tukar pesan berisi panjang percakapan. aku senang melihatnya, senang yang tak terhingga.

ia mengenakan kemeja hijau atas permintaan dan saranku, tampan sekali. berkali-kali aku menikmati wajahnya. alisnya yang tebal, rambutnya yang tidak tertata rapi, hidungnya yang sedikit mancung, kumis tipisnya yang enggan dicukur itu, dan aroma tubuhnya. harum, seperti vanilla tapi woody juga. Tuhan, ciptaanmu indah dipandang lama-lama. 

aku dan ia berbicara apa saja, tentu dengan mału-malu, dengan mata kami yang saling mencuri tatapan, kemudian menunduk mengatur detak yang masih tidak beraturan. 

aku melihatnya penuh dengan gerak-gerik yang sungkan, aku pun demikian. sampai pada keberanian ia memegang tanganku dan satu ciuman berlandas dikeningku. oh Tuhanku sayang, sudah lama hatiku tidak berfungsi sempurna, tetapi pada bagian ini sudah kupastikan aku si perempuan yang paling senang. rasanya tulus sekali. cintanya sampai pada satu kecupan saja. menggemaskan. 

aku menyambutnya dengan pelukan, tidak ingin lepas, setidaknya ku tinggalkan bekas harumku disana. memang akan cepat hilang, paling tidak ada alasan ia merindukanku, rindu pelukan itu. pelukan yang membuat Kaliurang menjadi hangat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini