Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Aku rela, menyimpan debar itu

aku berbohong jika tidak menginginkanmu dalam dasar diriku, ingin sekali memilki senyum itu melihatnya dengan puas, atau sesekali menyicipi manisnya lebih dari itu, inginku sebatas syukur sebab diberi jalan atas pertemuan menikmati ciptaan Tuhan -- berbentuk kau. lagi-lagi, aku berbohong jika tidak menginginkanmu bagaimana tidak? kepalaku seperti memutar yang kau-kau saja  didalamnya, menjelma kata kutukan, dikutuknya aku menjadi perempuan sulit melupakan jangan bilang ini doamu kepada Tuhan?  rasa-rasa tidak ingin aku pergi, kau hadiahi ingatan berupa pelukan hangat dalam episode mengingatmu tanpa sekat aku rela--menyimpan debar itu.

September dan Hujannya

aku ingat betul, tepatnya malam minggu pertama diawal september yang tidak begitu ceria tetapi tawanya sedikit mampir digerak bibir kita.  kala itu, hujan deras beserta petirnya. setiap petir bergemuruh, setiap itu juga kejutku dipeluk tenangmu. udara seperti dimasak habis sampai mendidih, lalu ia sajikan disemangkuk lengan dengan janji hangat yang akan diberikan, dan berhasil. sampai ke tulang.  aku bukan pemuja dingin, bukan juga pecinta hangat. hanya ketika berada didekatmu aku merasa sejuk, ditambah aroma parfume elegant yang sulit aku deskripsikan tetapi sudah kupastikan bagian ini favoritku.  bossku, malam minggu begini, turut andil memasuki pikiranku tentang seluk beluk pekerjaan dengan urutan deadline yang menyeramkan. lagi-lagi kalimat ia menyelamatkan.  "kerjakan saja, pekerjaanmu tidak akan selesai jika kau hadiahi sambat-sambat itu" perlahan, tanganku mengerjakan, ditemani ia dengan pandangan memperhatikan, sambil sesekali bergumam "cantik kalau lagi serius&q

Apa-apa yang Pertama Kali

Mengenalkan diri dengan satu laki-laki. Sebenarnya sudah lama hatiku berani terbuka. Walau masih sedikit takut, aku bersedia menyelami rupa-rupa manusia lagi. Memang banyak semoga disana, semoga sakitnya tidak sama, semoga yang ini bertahan berjalan bergandengan, semoga kesemogaanku diamini Tuhan.  Pertama dihadiahi sapaan paling tidak pernah aku alami. Walau sudah pekerjaannya, pun menambah relasi saja. Aku paham senangku hanya bertahan satu jam.  Pertama menghitung mundur pertemuan, sudah lama jantungku tidak berdegup kencang, hari itu rasanya seperti dibangunkan Ibu kalau sudah telat kencan. Ketegangan yang aku tunggu-tunggu.  Pertama menerka tinggi badannya, berat badannya, apa isi kepalanya ketika berbicara dengan rewelku. Katanya, jangan tidak percaya diri. Ia mencintaiku tanpa tetapi. Ia selalu ingin mendengarkan ocehanku. Ia selalu mau melihat wajah suntukku ketika menemaninya bekerja, sambil sesekali bertanya sudah jam berapa.  Pertama mengenal jalan raya pukul tujuh lewat tig

Bukan Rindu Kamu

kemarin aku protes ke Tuhan, ku bilang kenapa banyak manusia yang tidak menetap seutuhnya. tidak langsung dijawab Tuhan, mungkin kataNya apa-apa perilaku manusia untuk menguji senyumku akan bertahan lama atau tidak. sebab, disana, jiwaku seperti dikoyak-koyak semesta.  dalam hitungan bulan saja, silih berganti laki-laki mendekati. aku tidak secantik itu, jauh bahkan. tak tahu pesona dari mana hingga berkeinginan memberi senang dan sedih sekalian. katanya ada sihir tersendiri, tapi kenapa masih pergi? kadaluawarsa jampi-jampiku barangkali. beberapa masih ku bawa kenangannya.  lampu pijar walau cahayanya kecil itu, mampu membuat mataku berbinar. ia tahu, tidur dengan gelap gulita bukan kegemaranku. berkat terang yang terlalu redup itu, tidurku dihadiahi mimpi kamu.  mie ayam dua mangkuk lengkap dengan bakso dan kecap yang keterlaluan ia mencintai manisnya. gang kecil cimanggis dengan dua motor bentrok. macet depok yang diakali lewat perbincangan sore hari. uang parkir lima ribu sisa sat

Tony, jangan sedih

Tony, aku melihat air matamu petang tadi.  Aku baca disorot cahaya yang sudah hampir pecah itu ada tumpukan kenangan bernama kesepian. Memang, Tony, tidak ada sedih yang mampu dimaklumi atas kepergian cinta yang hadirnya memenuhi ruang dada.  Apalagi yang kau temui selain rongga yang semula terisi, kini hilang tanpa kembali? Kosong. Ia seperti tulang belulang yang perlahan dikikis kenestapaan. Lemah, bahkan lebih parah dari usiamu yang belum disebut renta tetapi jiwa sudah keriput tua.  Tony, bagian mana yang seperti tamat jalan ceritanya? tentu, saat pemeran utama menghabiskan napas tanpa sisa. Ia pergi setelah membawamu pada banyak perjumpaan, pada setiap bahagia yang tidak terhitung berapa harganya, pada beberapa duka yang mampu kau dan ia selesaikan berdua.  Walau pada akhir duka itu kau seperti ditikam rasa sakit yang tidak berkesudahan. Kau-tetap-rela merawat kenangan yang menghukummu tanpa ampun. Ia tetap cantik didalam ingatanmu, disetiap seluk beluk kepalamu, dan nama itu, nam