Apa-apa yang Pertama Kali

Mengenalkan diri dengan satu laki-laki. Sebenarnya sudah lama hatiku berani terbuka. Walau masih sedikit takut, aku bersedia menyelami rupa-rupa manusia lagi. Memang banyak semoga disana, semoga sakitnya tidak sama, semoga yang ini bertahan berjalan bergandengan, semoga kesemogaanku diamini Tuhan. 

Pertama dihadiahi sapaan paling tidak pernah aku alami. Walau sudah pekerjaannya, pun menambah relasi saja. Aku paham senangku hanya bertahan satu jam. 

Pertama menghitung mundur pertemuan, sudah lama jantungku tidak berdegup kencang, hari itu rasanya seperti dibangunkan Ibu kalau sudah telat kencan. Ketegangan yang aku tunggu-tunggu. 

Pertama menerka tinggi badannya, berat badannya, apa isi kepalanya ketika berbicara dengan rewelku. Katanya, jangan tidak percaya diri. Ia mencintaiku tanpa tetapi. Ia selalu ingin mendengarkan ocehanku. Ia selalu mau melihat wajah suntukku ketika menemaninya bekerja, sambil sesekali bertanya sudah jam berapa. 

Pertama mengenal jalan raya pukul tujuh lewat tiga puluh. Waktu sekaratku dua jam lagi berlalu. Katanya, anak bayi saja terbangun dari mimpinya lebih malam daripada waktuku pulang. Loh? aku dan bayi sama-sama merepotkan. Ia tahu itu. Ia menerima itu. 

Pertama wajahku memerah saat ia sadar aku sedang memperhatikan setiap inti wajahnya. Pemandangan yang menyenangkan. Tidak ada pegunungan, juga tidak ada padi yang tersusun rapi. Anehnya, sejuk sekali. 

Pertama selera makan kita berbeda. Lidahnya anti pedas, sedang aku mengagumi. Tidak menyukai kopi susu, sedang lambungku nyaman dengan itu. 

Apa-apa yang pertama kali, rasanya kupu-kupu diperutku enggan pergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini