Untuk embun yang sejuk

Hallo, embun. Ibu bilang itulah arti nama adik kecilku. Ibu memberinya nama Nada Shofiyah, disana, dinama itu, ibu menginginkan anak perempuannya tumbuh sebagaimana layaknya embun yang memberi kesejukkan. Memberi sejuk untuk semua orang, tentu saja. Semoga harapan-harapan ibu dan ayah tentang namamu dapat kau wujudkan ditengah-tengah hidupmu.

Nada, semoga kesehatan selalu melindungi tubuh mungilmu. 6 tahun sudah perjalananmu menjadi santriwati yang jauh dari penglihatan kami, segala doa selalu kami sebut untuk keberadaanmu, semoga doa-doa yang kami terbangkan untukmu terwujud seperti harapan-harapan kami disana.

Kakak menulis ini dalam keadaan lelah sehabis sehari penuh menghadapi mata kuliah yang penuh dengan angka-angka. De, seperti halnya orangtua menghidupi kita, seberapapun lelah menghampiri hidupnya, nafkah harus tetap tersedia untuk keluarga. Jadi, kalau lelahmu memuncak, teruslah bertahan, sebab disana terlihat wajah ibu dan ayah menunggu keberhasilan kita. Kalau Nada mengira kakak selalu bisa hidup prihatin dari pada Nada, kau kurang tepat. Kakak hanya selalu mengingat banyak hal yang terjadi diluar kemauan kita yang harus tetap kita syukuri keberadaannya. Hidup kita sederhana, tugas kau hanya perlu mensyukuri apa yang telah diberikan Allah melalui jerih payah ayah dan ibu dalam menghidupi kita. Disetiap perjalanan yang kita lewatkan, disetiap pendidikan yang kita tempuh, disetiap kesulitan yang menemukan celah untuk menjadi mudah, percayalah, ibu dan ayah selalu ada dibelakangnya. Dibelakang kita, menguatkan pundak-pundak yang mulai ingin menyerah, memeluk lelah-lelah yang entah sudah berapa keluhan kita lontarkan dengan paling pasrah, medoktrin telinga kita agar tumbuh sesuai dengan nasihat baiknya, dan banyak hal yang ibu dan ayah turut bantu selama usia kita bertambah di dunia.

Bersyukurlah tanpa menuntut apapun yang tersedia didunia tetapi kita tidak bisa memilikinya.
Bersyukurlah karena terlahir dari keuarga sederhana yang mampu membahagiakanmu dengan cara-cara yang istimewa.

Nada, selamat bertambah usia. Tetaplah rendah hati walau usiamu semakin meninggi. Jadilah manusia yang mampu memanusiakan manusia lain. Sebab, sayang, hiduplah dengan kejadian-kejadian yang berguna, untuk dirimu, untuk orang lain disekitarmu.

Kakak berimu hadiah, sangat sederhana, hanya berupa buku catatan harian dan bolpoin teman sejalan. Nada tahu mengapa hadiahnya demikian? Buku catatan dapat kau gunakan untuk menulis setiap perjalanan panjangmu. Jadikan ia teman cerita kala telingaku jauh dari keberadaanmu. Nanti setelah kau lulus sekolah, kita akan semakin jarang berjumpa. Kakak akan bekerja lalu menikah nantinya, sedangkan kau akan sibuk kuliah dan menjadi mahasiswa. Sebab itu kakak hadiahi kau buku, agar ketika kau menjumpai banyak kejadian kau dapat menjadikan ia teman ceritamu. Menulislah apa yang membuatmu resah, tulisan itu, asal kau tahu, ia dapat menjadi pelampiasan untuk setiap keadaan. Nanti ketika lembar terakhir sudah penuh terisi, berikan buku itu kepadaku. Sebagai kakak yang tidak menyaksikan fase-fase remajamu, kakak ingin mengetahui perjalananmu menuju tingkat yang lebih dewasa. Kakak ingin melihat seorang Nada dari cerita-cerita kesehariannya. Oh ya, juga ada bolpoin disana, tentu saja warnanya merah muda. Ia masih menjadi warna kesukaanmu, kan? Bolpoin itu dapat kau gunakan untuk apapun. Satu yang pasti; jadikan setiap goresan tintanya menulis hal-hal yang berguna.

Maaf tidak bisa hadir di ulang tahunmu. Semester tujuh membuatku sulit mengatur waktu. Tugasku seperti ada seribu dan harus dikumpulkan setiap penghujung minggu. Kakak lelah, tapi tidak mengurangi semangat yang kakak punya. Sekali lagi, selamat mengulang tahun, Nada. Semoga usia menjadikan kau manusia yang berguna-untuk segalanya.

Salam rindu, untukmu, selalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Mungkin, Selesai.

Selamat datang, mahasiswa baru.