Menjadi Bagian Yang Bukan Aku

Sunyi sekali, meratapi kesedihan yang entah mulai tercipta dari apa. Setiap malam bantalku basah, ia harus menelan pahitnya air mata, setiap malam kamarku suntuk, ia harus menjelma dinding menjadi saksi bisuku yang terkutuk. 

Mereka diam, lebih tepatnya rela menerima kekalahanku menghadapi cinta yang katanya serupa permen gula-gula. Tidak ada bagian manis saat ini, aku hanya menemui keputusasaan diriku yang pelan-pelan habis dilahap egomu. 

Tidak pernah benar-benar aku menikmatinya. Menjadi bagian kekejaman yang ku hadiahi kau sumpah serapah dari ucapku yang fana.
Menjadi bagian paling tidak peduli pada keluhan-keluhan yang kau rasakan penderitaannya.
Menjadi bagian manusia asing menghadapi dekat lelakiku sendiri.
Tidak pernah benar-benar aku menikmatinya.
Menjadi bagian yang bukan aku.
Menjadi bagian yang biasa diperani kamu.
Menjadi bagian yang bukan kemauanku.
Tidak pernah benar-benar aku menikmatinya.

Anggap aku hanya angin yang berharap kau ingin. Masa bodo itu tak apa untukku, asal sadarmu penuh bahwa hidup kau bukan lagi tentang dirimu sendiri.
Biar saja acuhmu untukku, aku sebatang kara menikmati ricuhnya rindu.

Tak apa, sayang.
Cepat atau lambat kita tersesat dan menentukan jalan pulang, maaf jika rumah kita berbeda rasa. Sebab, kau yang meraciknya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini