Mungkin Bukan Kita

Mungkin bukan kita, dua manusia yang isi kepalanya tidak pernah menjadi makna. Kepada semesta yang agung, cintaku begitu luas, sayangku apalagi, sampai lupa satu hal; tidak ada kekal jika hidup dalam perdebatan-perdebatan yang bebal. 

Mungkin bukan kita, dua manusia yang rela tumbuh dari janji-janji, dari banyaknya rencana yang dirancang hampir sempurna. Kita terlelap dalam balutan mimpi, kemudian terbangun dan tahu diri, bahwa kenyataan menyuruh kita saling pergi.

Mungkin bukan kita, dua manusia yang doanya setia menyebut satu nama, hingga lupa bahwa cinta tak pernah benar-benar ada.

Mungkin bukan kita, dua manusia yang berharap sembuh dari luka, membawa harapan siapa tahu pulih sekarang. Namun, salah perkiraan, berakhir dengan saling menyakitkan. Kau membunuh khayalanku, aku membunuh keras kepalamu. Kita, mati kedinginan ditelan kekalahan.

Mungkin bukan kita, dua manusia yang sempat percaya dunia, kemudian salah paham kepada semesta. Jatuh bangun merakit asa, lalu menyerah sambil berkata "Tuhan, takdir macam apa yang isinya bukan aku dan ia didalamnya?"

Mungkin bukan kita, dua manusia yang saling berteriak benci, sampai lupa bahwa masih melekat satu nama yang sama - diruang yang kita hadiahi kecup paling istimewa.

Mungkin bukan kita, dua manusia yang menikmati kesepian dengan sesekali datang ke persinggahan lama, lalu kembali pulang membawa tuan rumah dan isi kepalanya. 

Mungkin bukan kita, dua manusia yang sudah hampir nyenyak dalam pelukkan, kemudian ditampar kebisingan, menjerit dengan lantang bahwa kesepian ternyata tidak benar-benar bisa dihindarkan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini