Mengakhiri Tahun Tersedih

2020 lalu, aku diberi kesempatan menikmati kembang api dilangit yang menangis deras malam itu-bersamamu. Aku ingat betul sebelum malam pergantian tahun mengakhiri massanya, aku dan kau berdebat tentang pertemuan. Kau mengalah dan menyetujui permintaan menjemputku di kantor yang jalan rayanya tidak pernah bersahabat saat jam pulang. Satu hal dari sekian banyak alasan mengapa aku mencintaimu tanpa ampun. Sebab menjemputku hujan-hujan adalah suatu perjuangan yang masih aku ingat, bahkan ketika tulisan ini dibuat, aku masih sangat ingat setiap detik pun seluk beluk lekukan tubuhmu yang kedinginan kala itu. 

Aku marah karena gelisah. Jam sekaratku akan tiba, tetapi kabarmu belum juga ada. Kemudian beberapa jam setelah isya berkumandang, satu pesan sampai pada telepon genggamku, ku pastikan itu kau, membawa kabar sudah datang. Tubuhmu kaku saat itu, menahan dinginnya angin jalan dari Tangerang sampai TB Simatupang. Bukan bermaksud kejam, aku hanya menginginkan pertemuan dengan alih-alih mau lihat kembang api yang belum pernah ku lakukan bersamamu. Tenang saja, sudah ku hadiahi peluk walau dengan wajah yang cemberut. 

Pecel lele - Tanah Baru adalah tujuan tanpa tujuan kita. Sejujurnya, aku tidak terlalu lapar, aku hanya ingin memandang wajahmu lebih lama. Menyaksikan bibirmu pelan-pelan menyantap ayam goreng dengan sambal yang tidak seberapa pedas itu. Ditambah jaket GAP biru lusuh yang kau kenakan padaku. Sungguh aku kekasih yang merepotkan. Kadang waktu aku bisa menjadi mandiri bahkan tanpa ucapan selamat pagi darimu, tetapi kadang juga aku menjadi perempuan yang manjanya keterlaluan. Doaku semoga kau dikuatkan dengan sifatku yang menyebalkan. Tidak berniat membebanimu, aku hanya senang melihat rupamu yang tidak terlalu tampan tapi mampu membuatku jatuh cinta perlahan. Lelakiku ini penuh perjuangan, bersyukur banyak-banyak ku kepada Tuhan.

Aku tidak terlalu ingat perbincangan apa yang aku dan kau bicarakan dimotor saat menuju pulang, hanya suara hujan mengisi kekosongan kita. Syahdu sekali. Tahun baru denganmu begitu menyenangkan. Walau singkat, akan ku ingat erat-erat.

•••••

2020 berlalu, tiga bulan pertama adalah dua tahun kami bersama. Lalu pandemi datang tiba-tiba. Tanpa pertemuan, kami menjalani hubungan yang tidak menyenangkan. Fatalnya, kami jadi paham sifat asli dari masing-masing yang membuat pusing. Kami menyerah dengan datangnya masalah yang tidak pernah berhenti barang sedetikpun. Dengan berkata lelah, aku menyelesaikan kita.

Belum berakhir sampai disitu. Kau datang lagi membawa alasan ingin berubah untuk seorang aku. Senang bukan main, sebab harapanku padamu hanya itu. Bertahan dua minggu, kau kembali ke sifat yang aku benci menceritakannya. Singkatnya kau tidak menganggapku ada. Kau hanya pura-pura, mencintai perempuan yang kesepian. Kau hanya memastikan, namamu masih didalam ingatanku, dan jawabannya; akan tetap.

Aku merelakan seseorang yang telah menjalani perjalanan jauh dihidupku. Perlahan aku melihatmu pergi tanpa alasan. Menghilang berbulan-bulan dengan merasa tidak bersalah, lalu datang menghancurkan dinding pertahananku. Seperti orang lain, padahal kau adalah seseorang yang sangat ku ingin. Seperti asing, padahal aku tetap mencintaimu kapanpun kau butuh. Seseorang yang berjuangnya ku hargai, kini adalah seseorang yang sengaja mematahkan hatiku.

Tidak pernah menyesal erat-erat ku genggam kenangan diawal tahun kala itu, hanya saja saat ini aku merasa sunyi tiap kali melewati tahun yang berganti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini