Kasmaran

aku ceritakan seseorang yang acuhnya ku rindukan. aku mengenalnya beberapa bulan lalu, tepat di mana aku sedang merasa akrab dengan kesendirian. aku memanggilnya teman, tentu dalam keadaan ramai. sedang dalam diam, aku kepalang menanamkan kenyamanan. 

ia punya banyak cerita. anehnya, dari setiap cerita yang berbeda aku mampu hanyut didalamnya. dari yang menyedihkan, aku ikut terpukul. dari yang bahagia, aku tertawa kencang disana. sesuai suasana. 

aku rela mendengarkan suaranya yang menyenangkan. tawanya renyah, tangisnya tulus. 

tidak ada yang perlu dihapus darinya, selain waktu yang sedikit untukku. tetapi dari situ, aku paham bahwa rinduku tetap terjaga. menunggu jam pulang kerja untuk sekadar mengirimi ia pertanyaan sedang apa saat petang, atau bagaimana pekerjaan yang membuatnya jauh dari percintaan. 

dewasa, adalah salah satu kata yang tepat untuknya. selain dari usia, ia mampu tumbuh dengan isi kepala yang bıjaksana. menghadapi masalah tanpa kepergian, melibatkan Tuhan untuk setiap kegundahan, pun seseorang yang juga irit bicara. tetapi saat berjumpa, rewelnya meledak disana. 

entah apa yang membuatku jatuh cinta. seperti saat ia sibuk dengan seluk beluk dunianya, aku si paling setia menunggu luang itu. pesanku sering tak dihiraukan, butuh berjam-jam mendapatkan balasan dengan kalimat yang mampu mengukir senyum diujung lengkung bibirku. sedang aku bukan pendendam, jawabanku tidak lebih dari hitungan menit. semua kalimatnya, adalah kupu-kupu yang terbang diperutku. menggelitik sampai aku rela merawat resahnya.

bagaimana ini? 
bola mataku seperti bukan bulat lagi, melainkan bentuk hati lengkap dengan warna merahnya. satu-satunya doa dan kesediaanku adalah: aku siap jatuh berkali-kali. sebab, ia yang membantuku berlari. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini