Melewati Satu Tahun

Sudah berjalan satu tahun perpisahan tanpa kata itu. Masih teringat jelas bagian mana yang menyenangkan, tentu saat ia melamarku dihadapan Ibu. Pun masih sangat membekas luka yang ia berikan ketika masih berjalan, tetapi ternyata ia melepasku perlahan. Seperti menseriuskan lelucon, aku adalah perempuan yang tertawa diatas kesedihanku sendiri, atas campur tanganmu, bahagiaku kabur jauh. 

Kenangan belum juga mati. Ia terus tumbuh, dimalam hari, disaat aktivitasku terhenti. Menjelma apa saja, kadang berupa wajahmu yang suntuk ketika ku perintahkan untuk cukur rambut, atau berupa senyuman tipis saat diam-diam menatapku lama, ia juga berupa genggaman saat tanganku tidak hangat. Sekarang, siapa peran pengganti untuk cerita yang belum sempat selesai ini? 

Aku bertanya bagian mana yang harus ku terima atas kalimat yang ia utarakan sebelum terlepas dari pelukan:

"aku sayang kamu, tetapi ku yakin bahagiamu bukan denganku."

Sampai saat ini, ketidak pahaman memutar kencang dikepalaku.
Bukankah sayang itu memperjuangkan?
Bukankah yang rusak itu diperbaiki?
Bukankah bahagia kau yang menjanjikan keberadaannya?
Bukan, sayang. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Menunggu Pulangmu

Selamat datang, mahasiswa baru.

Mei di Cikini